Rekayasa Penelitian Medis: Dari Dokter Panutan ke Penjara
Oleh Azril Kimin
Dalam dunia penuh keterbukaan ini, jangan coba-coba menulis karya ilmiah serampangan – bisa-bisa penjara ganjarannya. Hidup dalam penjara agaknya akan dijalani Dr. Scott S. Reuben, mantan Kepala Unit Nyeri Akut Bay State Hospital di Springfield, Massachusets, yang kini tengah menjalani proses hukum di pengadilan federal AS. Menurut Boston Globes (15 Januari 2010), Dr. Scott S. Reuben diperkirakan akan menjalani hukuman 10 tahun penjara serta denda 250 ribu US dolar ditambah menyerahkan ke pengadilan 50 ribu US dolar yang pernah diterimanya dari pabrik farmasi. Di pengadilan, dokter Dr. Scott S. Reuben mengaku telah menerima dana dari pabrik-pabrik farmasi untuk penelitian obat-obat nyeri - tetapi tidak melakukan penelitian sebagaimana seharusnya. Hasil penelitian yang dilaporkannya ( juga dipublikasikan pada banyak jurnal kedokteran terkemuka dunia) ternyata merupakan hasil rekayasa.
Tulisan-tulisan Dr. Scott S. Reuben di banyak jurnal medis terkemuka dunia dianggap menyesatkan. Ilmuwan tersebut dianggap penipu karena telah memberikan banyak informasi yang membahayakan kesehatan lewat artikel ilmiahnya yang bertebaran di banyak jurnal kedokteran terkemuka. Dr. Reuben menuliskan artikel ilmiah yang memuji kehebatan obat yang ditelitinya dan mengecilkan efek sampingnya – padahal penelitian tersebut rekayasa belaka (hanya untuk menyenangkan pabrik sponsor). Karena dianggap sebagai dokter pakar/ panutan – ratusan dokter dibelahan bumi ini mengikuti rekomendasi metode pengobatan yang ditulisnya. Malangnya lagi, obat yang dipuji-puji tersebut telah menimbulkan celaka banyak orang karena beratnya efek samping. Vioxx and Bextra dari kelompok Cox-2 inhibitors adalah obat yang direkomendasikannya. Kedua obat tersebut kini dilarang beredar karena terdapat bukti meningkatnya serangan jantung, stroke hingga kematian pada pasien-pasien penggunanya. Majalah Scientific American menggelari dr. Scott Reuben sebagai Madoff dunia kesehatan karena selama 12 tahun berhasil mengelabui kalangan medis internasional. (Bernie Madoff adalah mantan direktur Nasdaq yang dikenal sebagai pakar ekonomi dunia, tapi belakangan terbukti sebagai penipu yang telah membangkrutkan ribuan perusahaan investasi dan individu dunia. Pada 22 Juni 2009 Madoff dijatuhi hukuman kumulatif 150 tahun penjara oleh pengadilan AS) Sebelum namanya tercemar, Dr. Scott Reuben, dikenal sebagai pakar multimodal analgesia, suatu metode pengobatan yang mengkombinasikan beberapa obat penghalang rasa nyeri pasien pasca operasi dan lebih mempercepat kesembuhannya. Dr. Scott Reuben dari Massachusets, pakar anestesiologi kelas dunia itu telah menyemarakkan seminar ilmiah dan jurnal-jurnal ilmiah kedokteran AS dan Eropah selama belasan tahun. Karena keahliannya disegani, rekomendasi yang ditulisnya di majalah kedokteran terkemuka dunia tentang kehebatan suatu obat baru, dipercaya para dokter lain sehingga lahirlah ribuan resep yang mengacu pola hasil penelitiannya – yang tentu saja menguntungkan pabrik yang memproduksi obat baru tersebut. Salah satu anjuran nya adalah “prosedur “ pemberian kombinasi Lyrica dan Celebrex pada pasien pasca operasi. Anjuran lainnya menganjurkan pemberian effexor untuk menghilangkan rasa sakit – padahal obat tersebut menurut FDA hanya diindikasikan sebagai antidepressant. Di samping itu, Dr. Ruben dikenal aktif melayangkan surat ke FDA, meminta FDA untuk tidak menghambat/ melarang obat-obat yang telah ditelitinya, sambil melampirkan data-data penelitiannya yang palsu tersebut.
Di bawah kami kutipkan 21 artikel ilmiah Dr. Scott Reuben yang dipermasalahkan kebenarannya.
0 Response to "Rekayasa Penelitian Medis: Dari Dokter Panutan ke Penjara"
Post a Comment