Prof. dr. Riadi Wirawan


Guru Besar Patologi Klinik
Daripada mencoba menjadi orang yang sukses, lebih baik mencoba menjadi seorang yang berarti
Guru Besar yang menjadi staf pengajar International ClassProgram Faculty of Medicine,UI ini menaruh minat yang besar pada bidang Patologi Klinik. Pernah menjadi Pengurus Pusat Perhimpunan Hematologi & Transfusi Darah Indonesia. Menjadi anggota kelompok kerja Pembina teknis pelayanan laboratorium DepKes RI dan anggota tim monitoring dan Evaluasi Pemantapan Kualitas Bidang Hematologi DepKes RI 1984-2001.
Dilantik menjadi Guru Besar Fakultas Kedokteran tahun 2004, juga menjadi Anggota badan khusus tim kanker darah dan limfoid Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI).

Pria kelahiran Jakarta, 17 September 1944 ini setelah lulus SMA Kanisisus Jakarta tahun 1963, melanjutkan ke Fakultas Kedokteran UI tahun 1969, Pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik FK UI (1977), dikukuhkan sebagai Konsultan Hematologi Patologi Klinik tahun 1966 & Konsultan Onkologi Patologi Klinik 2007.

Buku-buku yang dihasilkan diantaranya;
-Hematologi sederhana, Balai Penerbit FK UI edisi 1988, 1992, 1996, 2000;
-Thalassemia dan hemoglobinopati, Balai Penerbit FK UI, 1997;
-Hemostasis dan trombosis (penulis pembantu), Balai Penerbit FK UI edisi1992, 2007;
-Evaluasi pemeriksaan kimia urin: uji carik celup AIM URI dan stabilitas bahan kontrol Kova-trol dengan alat Clinitek 100, Balai Penerbit FK UI 2001;
-Pemantapan kualitas uji hematologi, Balai Penerbit FK UI 2002;
-Kumpulan ekspertis Departemen Patologi Klinik FKUI2003-2004, 2005;
-Uji ketelitian dan nilai rujukan agregasi trombosit dengan agonist ADP pada orang Indonesia dewasa di Jakarta menggunakan agregometer Chrono-Log Model 490, Balai Penerbit FK UI edisi 2006,2008;
-Uji ketelitian, ketepatan dan nilai rujukan parameter retikulosit orang Indonesia dewasa di Jakarta menggunakan alat hitung sel darah otomatik Sysmex XT-2000i, Balai Penerbit FK UI, 2006;
-Nilai rujukan parameter koagulasi dengan menggunakan koagulometer otomatik Sysmex CA-560, Balai Penerbit FK UI, 2008.

Kenali gejala tipus

Kenali gejala tipus (thypus abdominal atau typhoid fever) yang tergolong berat dan berbahaya. Gejala awalnya perlu dikenali sebelum terlambat diobati. Selain itu, tipus kasus infeksi perut yang banyak di sini. Diawali demamlebih dari seminggu. Mulanya seperti orang mau flu. Bedanya, demam tipus umumnya muncul sore dan malam hari. Tidak disertai gejala batuk pilek. Demamnya sukar turun walau minum obat dan disertai nyeri kepala hebat. Perut terasa tidak enak, dan tidak bisa buang air beberapa hari.
Pada paratipus – jenis tipus yang lebih ringan – mungkin sesekali mengalami buang-buang air . Jika diamati, lidah tampak berselaput putih susu, bagian tepinya merah terang. Bibir kering, dan kondisi fisik tampak lemah, serta nyata tampak sakit. Jika sudah lanjut, mungkin muncul gejala kuning, sebab pada tipus organ hati bisa membengkak seperti gejala hepatitis. Pada tipus limpa juga membengkak.
Kuman tipus tertelan lewat makanan atau minuman tercemar. Bisa jadi sumbernya dari pembawa kuman tanpa ia sendiri sakit tipus. Kuman bersarang di usus halus, lalu menggerogoti dinding usus. Usus luka, dan sewaktu-waktu tukak tipus bisa jebol, dan usus jadi bolong.
Ini komplikasi tipus yang paling ditakuti. Komplikasi tipus umumnya muncul pada minggu kedua demam. Yaitu jika mendadak suhu turun dan disangka sakitnya sudah menyembuh, namun denyut nadi meninggi, perut mulas melilit, dan pasien tampak sakit berat. Kondisi begini membutuhkanpertolongan gawat darurat, sebab isi usus yang tumpah ke rongga perut harus secepatnya dibersihkan. Untuk tahu benar kena tipus harus periksa darah. Setelah minggu pertama demam tanda positif tipus baru muncul di darah (Uji Widal).
Jika tes Widal negatif padahal pasien menunjukkan gejala tipus, tes perlu diulang sambil menunggu tes Gaal atau biakan kuman. Tanpa tes Widal diagnosis tipus tidak bisa ditegakkan hanya dari pemeriksaan fisikdan melihat gejalanya semata. Penyakit tipus mudah disembuhkan. Jika tak mempan obat konvensional golongan chloramphenicol, kini sudah ada beberapa generasi obat baru.
Haruskah Rawat Inap? Jika kondisi pasien tidak berat, dan penyakitnyamasih awal, yaitu sudah didiagnosis sebelum demam lebih dari 3 minggu, umumnya masih bisa dirawat di rumah. Namun mesti diawasi jika mendadak suhuturun, nadi meninggi, dan perut mulas melilit. Makanan tak selalu harus lunak, asal jangan jenis yang merangsang. Waspadai jika buang air ada darahnya, tanda awal usus jebol, dan demamnya muncul lagi, dan kondisi pasien cepat menurun setelah sebelumnya tampak menyembuh. Tipus bisa kambuh. Tandanya, demam yang sama muncul lagi setelah mereda. Kemungkinan kuman tipusnya tersasar ke kandung empedu. Tipus begini biasanya lebih sukar disembuhkan. Sebagian dari kasus tipus menjadi pembawa kuman tipus.
Pembawa kuman ini berbahaya jika profesinya pramusaji atau orang yangkerjanya menyiapkan makanan dan minuman jajanan (food handler). Sekarang tipus bisa dicegah dengan imunitas tipus. Penyakit tipus di Indonesia masih banyak. Mereka yang punya risiko tertular, tidak salahnya ikut vaksinasi.

Diambil dari http://www.tempo. co.id
http://yusaksunarya nto.wordpress. com/2008/ 04/07/gejala- penyakit- typus/

Artikel Terkait:

Sekali Lagi Mengenai Test Widal Utk Tifus
Vignette

Seorang wanita, 13 thn, yang bertubuh besar dan biasanya sehat, datang dengan demam 6 hari. Demam tidak terlalu tinggi dan datang hilang selama5 hari dan terukur 39.5° C di kamar praktek. Pasien diantar ayahnya, membawa hasil laboratorium (inisiatif sendiri), termasuk nilai titer Widal (antara 0 dan 1/160) yang semuanya normal. Ia mengeluh sakit kepala dan mual sebagai keluhan utama, serta berak encer 1 kali. Wajahnya menunjukkan ia menderita ringan saja. Saya beri surat periksa labor untuk tes urine lengkap dan kultur darah, yang hasilnya baru akan diperoleh beberapa hari lagi. Dengan diagnosis klinis tifus saya beri siprofloksasin dengan pesan tidak boleh jalan dan istirahat tidur di rumah. Tanggal 14 Des demam naik 40.1°C dan karena ayah panik, pasien dirawat di RS, dimana ia diberi infus cefotaxime. Tgl 16 Des saya menerima SMS , menyatakan hasil kultur darah tifus positif.

Apakah Tes Widal harus dilakukan pada semua pasien demam?
Iwan Darmansjah

Sejak beberapa tahun terakhir pemeriksaan tes Widal menjadi rutin men-screen penderita demam untuk penyakit tifus. Kebiasaan ini hanya terjadi di Indonesia. Entah asal mulanya dari mana sulit dilacak, karena hampir semua dokter spesialis dan umum melakukannya secara salah kaprah kolektif. Hal ini begitu menyolok, sehingga pasien sendiri meminta labor melakukannya bila demam. Pengelola labor-pun secara tidak etis menawarkan test ini kepada setiap pasien yang lagi demam. Pada hal, semua dokter harus tahu bahwa nilai titer Widal tidak bisa dipakai untuk mendiagnosis tifus. Semua buku kedokteran juga tidak ada yang akan membenarkannya. Sehingga tujuan komersial oleh para pelaku tidak bisa disingkirkan.
Reaksi Widal merupakan test imunitas yang ditimbulkan oleh kuman Salmonella typhi / paratyphi, yaitu kuman yang terdapat di minuman dan makanan kita yang terkontaminasi dengan tinja orang yang sakit tifus. Jakarta dan Indonesia merupakan reservoir raksaksa kuman salmonella dan lainnya. Semua manusia di Indonesia pasti pernah kemasukan kuman salmonella melalui food-chain ini. Bila kebetulan jumlah kuman yang tertelan cukup besar mungkin akan timbul penyakit tifus yang terutama ditandai oleh demam berkepanjangan sebagai ciri khas. Namun tidak semua demam adalah tifus. Tifus perlu dicurigai bila demam berlanjut sedikitnya 6-7 hari. Juga demam tifus pada hari2 permulaan hanya ringan,tidak konstan, naik-turun, dan hanya setelah 5-7 hari akan tinggi menetap, disertai badan pegal dan sakit kepala, serta kadang2 mual dan diare ringan. Diagnosis tifus bisa dicurigai setelah demam sekitar seminggu ditambah gejala2 diatas. Secara statistik juga demam tanpa adanya gejala positif yang mengarah ke penyakit lain, kemungkinan tifus adalah yang paling besar di Jakarta. Hal ini juga ditopang oleh musim kemarau dan banjir yang membawa kuman salmonella.
Pemeriksaan labor untuk konfirmasi kecurigaan tadi ialah kultur darah, dilakukan sewaktu ada demam tinggi yang merupakan pertanda bahwa kuman sedang menyebar dalam darah (sehingga lebih mudah dikultur). Kultur tidak bisa dilakukan pada hari2 permulaan demam karena cenderung masih negatif. Kita harus menunggu hingga demam sudah tinggi dan konstan. Sayangnya hasil kultur untuk kepastian diagnosanya baru diperoleh setelah 4-6 hari. Namun pengobatan sudah bisa dilakukan atas dasar penilaian klinis, sambil menunggu hasil kultur.
Test Widal tidak bisa dipercayai karena terlalu banyak test yang false positif maupun false negative. Test Widal hanya akan berguna untuk follow-up, terutama jaman dulu waktu mana belum ada antibiotika dan tifus bisa berlangsung 1 bulan atau lebih. Ia berguna untuk melihat apakah titernya naik selama penyakit tersebut. Inipun tidak berguna lagi karena obat antibiotik yang ampuh sudah tersedia dan akan menyembuhkan tifus dalam 7-10 hari, sehingga tidak perlu follow-up. Tingginya titer juga sangat individual dan tergantung kemampuan tubuh kita membuat antibody. Misalnya, saya mempunyai seorang pasien laki, muda yang selama lebih dari 6 bulan (tanpa demam) diberi antibiotika berganti2 oleh dokternya hanya karena titer Widalnya sangat tinggi (sekitar 1/8000) dan tidak mau turun. Tentu hal ini mubazir.
Sekarang musim hujan lagi dan frekuensi tifus akan naik di Jakarta.
Bawalah tulisan ini dan berilah ke dokter anda bila anda disuruh periksa Widal.
Be a ‘smart patient’!

http://www.iwandarm ansjah.web. id/popular. php?id=232

Harry PrasetyaDitjen Kekayaan Negara Kanwil I Banda Aceh
Gedung Keuangan NegaraGedung CLt. 2Jl. Tgk. Chik DitiroBanda Aceh 23001